dakwatuna.com - Pada
bagian ini kami ingin meringkas manasik haji sesuai dengan urutan
waktunya. Hal ini untuk memudahkan pemahaman bagi orang yang haji dan
umrah. Dan kami membaginya dalam empat bagian yaitu:
A. Sejak Berniat Menunaikan Haji Sehingga Sampai Di Miqat
Disunnahkan bagi orang yang berniat menunaikan haji untuk menghentikan muamalahnya dengan sesama manusia; mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya. Membayar utangnya atau mewakilkan orang lain membayarnya, menulis wasiat. Memperoleh ridha kedua orang tua. Bertaubat dari dosa. Bersemangat agar nafkahnya dari yang halal bersih dari syubhat. Memperbanyak bekal. Tidak berdebat tentang apa yang dibelinya untuk haji, baik di negerinya, dalam perjalanan, atau di tanah haram. Memilih teman atau kelompok haji yang membantunya melakukan manasik haji dan akhlaq mulia. Dan bagi teman ibadah haji harus saling bahu membahu dengan saling ridha. Jika tiga atau lebih maka salah satunya harus siap menjadi amir (pemimpin), kemudian yang lainnya mentaatinya. Ia wajib mempelajari hukum-hukum haji. Tidak salah kalau ia membawa buku tentang manasik haji yang menjadi referensi ketika membutuhkan.
Ketika hendak keluar rumah disunnahkan shalat safar dua rakaat kemudian berdoa:
“Ya Allah hanya kepada-Mu aku menghadap, dan hanya dengan-Mu aku berpegang teguh, Ya Allah cukupkan bagiku apa yang telah menjadi keinginanku dan yang belum menjadi perhatianku. Ya Allah tambahkan kepadaku ketaqwaan dan ampunilah dosa-dosaku.”
Kemudian berpamitan dengan keluarga, tetangga, dan para sahabat yang melepasnya dengan doa pelepasan yang ma’tsur dari Nabi:
“ Aku titipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup semua amalmu, semoga Allah menambahimu ketaqwaan, mengampuni dosa-dosamu, memudahkan bagimu seluruh kebaikan di manapun kamu berada.” HR At Tirmidzi dan Abu Daud
jika sudah keluar rumah membaca doa:
“ Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat dan disesatkan, terpeleset atau dipelesetkan, tidak tahu atau dibodohi. Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.” HR empat imam hadits
ketika naik kendaraan berdoa dengan doa safar:
“Segala puji bagi Allah yang telah menundukkan ini kepadaku dan sebelumnya kami tidak menyertainya, dan sesungguhnya hanya kepada Tuhan kami kita semua akan dikembalikan… Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dalam perjalanan ini kebaikan dan ketaqwaan, dan amal perbuatan yang Engkau ridhai. Ya Allah mudahkan atas kami perjalananku ini dan pendekkan untuk kami jarak jauhnya. Ya Allah Engkaulah pendamping dalam perjalanan, dan Pemimpin bagi harta, istri dan anak. Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari keletihan perjalanan, keburukan pemandangan, dan buruknya kepulangan.” HR Muslim
Disunnahkan baginya bersikap lunak, berakhlaq mulia, menjauhi perdebatan dan desak-desakan. Menjaga mulut dari segala kekejian. Memperbanyak dzikir, istighfar, tasbih, dan takbir. Menjaga shalat pada waktunya, membawa kompas untuk mengetahui arah kiblat di manapun berada.
B. Dari Miqat Sampai Memasuki Makkah
Ketika sampai di miqat memulai ihram dengan mandi jika memungkinkan-hukumnya sunnah termasuk kepada wanita haidh dan nifas- kemudian mengenakan kain ihram, shalat ihram dua rakaat-pertama membaca surah Al Kafirun dan rakaat kedua membaca surah Al Ikhlas- kemudian berdoa:
“ Ya Allah sesungguhnya aku berniat haji (ifrad-qiran-tamattu’) maka mudahkan bagimu dan terimalah dariku”.
Kemudian bertalbiyah dengan kalimat talbiyah yang ma’tsur dari Rasulullah saw. Kemudian menuju ke Mekah, dengan senantiasa menjauhi segala larangan ihram.
Jika perjalanannya menggunakan pesawat udara dan langsung ke Jeddah maka ia harus ihram dari rumahnya, atau dari bandara atau di dalam pesawat. Sebab jika sudah sampai di bandara Jeddah belum ihram, maka ia telah melewati miqat sehingga wajib membayar dam.
Ketika sampai di Mekah, disunnahkan baginya untuk mandi sebelum memasukinya jika memungkinkan, dan segera ke Masjidil Haram, setelah meletakkan perlengkapannya di tempat yang aman, masuk dari Babussalam- pintu Bani Syaibah dengan berdoa:
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dan dengan Wajah-Nya Yang Mulia, Kekuasaan-Nya yang terdahulu; dari syetan yang terkutuk. Dengan nama Allah, Ya Allah berikanlah shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah ampunilah dosaku dan bukalah pintu-pintu rahmat-Mu.”
Jika pandangan mata sudah melihat Ka’bah, dengan berdoa:
Ya Allah tambahkan kepada rumah ini kemuliaan, keagungan, kemuliaan, dan kewibawaan. Tambahkan kepada siapapun yang menghormati dan memuliakannya-setiap orang yang haji atau umarah- dengan kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kebaikan…” Ya Allah, Engkau Yang Maha Selamat, dari-Mu keselamatan maka hidupkan kamu dengan selamat”.
Kemudian menuju ke hajar aswad, menciumnya jika mampu, dan jika tidak mampu dilakukan dengan isyarat pakai tangan kemudian segera memulai thawaf, tanpa shalat tahiyyat masjid, karena tahiyyat Masjidil Haram adalah thawaf. Jika sudah selesai thawaf shalat dua rakaat, kemudian minum air zamzam dengan harapan kesembuhan dan melepas dahaga dengannya.
Jika hajinya ifrad atau qiran maka thawaf itu adalah thawaf qudum, tanpa sa’i. akan tetapi jika ia sa’i maka sa’inya dianggap sa’i haji. Sehingga ia tidak wajib mengulanginya setelah thawaf ifadhah. Jika hajinya tamattu’ maka thawaf itu adalah thawaf umrah. Setelah thawaf ia harus sa’i dari Shafa ke Marwah kemudian tahallul dengan menggunting atau mencukur rambut, maka selesailah manasik umrah. Ia tahallul dari ihram dan mengenakan baju biasa, pada saat yang haji ifrad atau qiran masih mengenakan pakaian ihram.
C. Dari Hari Tarwiyah Sampai Hari Nahr
Ketika datang hari Tarwiyah yaitu hari ke delapan bulan Dzulhijjah, maka yang haji tamattu’ harus memulai ihram haji dari tempat pemondokan masing-masing. Melakukan seperti yang dilakukan pada miqat pertamanya dahulu. Kemudian semuanya menuju ke Mina, shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan subuh di Mina, mabit di Mina untuk bersiap-siap ke Arafah.
Ketika datang hari ke sembilan Dzulhijjah yaitu hari Arafah jamaah haji keluar meninggalkan Mina menuju ke Arafah setelah matahari terbit dengan bertakbir, bertahlil, dan bertalbiyah sehingga sampai di Namirah, yang termasuk batas Arafah. Manadi jika memungkinkan kemudian masuk ke Arafah setelah zawal (matahari bergeser ke Barat, Zhuhur) yaitu awal wukuf. Dan terus wukuf di Arafah dengan berdoa, bertakbir, talbiyah, tilawah Al Qur’an, shalat Zhuhur dan Ashar dengan satu adzan dan dua qamat, mendengarkan khutbah imam, sehingga matahari terbenam, kemudian berangkat ke Muzdalifah dengan tenang disertai talbiyah dan dzikir, shalat Maghrib dan Isya’ dengan qashr dengan satu adzan dan dua qamat tanpa ada shalat sunnah di antara keduanya. Lalu mabit di Muzdalifah shalat subuh di sana, kemudian menuju ke Masy’aril Haram wukuf di sana, berdoa sehingga datang pagi sebelum matahari terbit bergerak ke Mina dengan disertai talbiyah dan takbir.
D. Dari Hari Nahr Sampai Akhir Manasik
Hari nahr adalah hari ke sepuluh bulan Dzulhijjah, sunnahnya pada hari itu adalah melakukan kegiatan ini secara berurutan, yaitu: melontar jumrah, menyembelih hewan, mencukur rambut, thawaf di Ka’bah. Jika mendahulukan atau mengakhirkan sebagian kegiatan ini tidak apa-apa. Maka jika melontar, menyembelih hewan dan mencukur rambut, ia telah tahallul dari ihramnya dan telah halal baginya segala sesuatu kecuali hubungan suami istri. Inilah tahallul pertama. Jika sudah thawaf ifadhah maka halal baginya segala sesuatu termasuk hubungan suami istri. Inilah tahallul kedua. Hal ini jika telah sa’i setelah thawaf qudum, dan jika belum sa’i maka ia wajib sa’i setelah thawaf ifadhahnya. Dan tahallul kedua tidak boleh dilakukan sebelum menyelesaikan hal ini.
Kemudian mabit di Mina pada malam-malam hari tasyriq, setiap hari melontar ketiga jumrah. Jika ingin bersegera dalam dua hari tasyriq –11 dan 12 Dzulhijjah- setelah melontar jumrah segera berangkat ke Mekah, dan jika menunda sampai hari ke tiga belas Dzulhijjah setelah melontar jumrah berangkat ke Mekah. Dengan demikian manasik haji telah usai ditunaikan. Jika haji ifrad disunnahkan baginya melekukkan umrah, dengan berangkat ke tan’im, berihram untuk umrah, thawaf dan sa’i, mencukur atau menggunting rambut, kemudian disunnahkan untuk segera kembali ke negerinya masing-masing. Dan ketika sudah berniat meninggalkan Mekah, disunnahkan melakukan thawaf wada’ tanpa sa’i, shalat dua rakaat, kemudian berdoa sesuka hatinya. Disunnahkan pula mengunjungi masjid Nabawi di Madinah, jika belum mengunjunginya.
– Bersambung
(hdn)
A. Sejak Berniat Menunaikan Haji Sehingga Sampai Di Miqat
Disunnahkan bagi orang yang berniat menunaikan haji untuk menghentikan muamalahnya dengan sesama manusia; mengembalikan barang-barang titipan kepada pemiliknya. Membayar utangnya atau mewakilkan orang lain membayarnya, menulis wasiat. Memperoleh ridha kedua orang tua. Bertaubat dari dosa. Bersemangat agar nafkahnya dari yang halal bersih dari syubhat. Memperbanyak bekal. Tidak berdebat tentang apa yang dibelinya untuk haji, baik di negerinya, dalam perjalanan, atau di tanah haram. Memilih teman atau kelompok haji yang membantunya melakukan manasik haji dan akhlaq mulia. Dan bagi teman ibadah haji harus saling bahu membahu dengan saling ridha. Jika tiga atau lebih maka salah satunya harus siap menjadi amir (pemimpin), kemudian yang lainnya mentaatinya. Ia wajib mempelajari hukum-hukum haji. Tidak salah kalau ia membawa buku tentang manasik haji yang menjadi referensi ketika membutuhkan.
Ketika hendak keluar rumah disunnahkan shalat safar dua rakaat kemudian berdoa:
: اللهمّ إليك توجَّهت وبكَ اعتصمت، اللهمّ اكفني ما أهمني وما لم أهتم به، اللهمّ زودني التقوى واغفر لي ذنبي»،
“Ya Allah hanya kepada-Mu aku menghadap, dan hanya dengan-Mu aku berpegang teguh, Ya Allah cukupkan bagiku apa yang telah menjadi keinginanku dan yang belum menjadi perhatianku. Ya Allah tambahkan kepadaku ketaqwaan dan ampunilah dosa-dosaku.”
Kemudian berpamitan dengan keluarga, tetangga, dan para sahabat yang melepasnya dengan doa pelepasan yang ma’tsur dari Nabi:
« أستودع الله دينَك وأمانتك وخواتيم عملك، زوَّدك الله التقوى وغَفر ذنبك ويسَّر لك الخير حيث كنت »
“ Aku titipkan kepada Allah agama, amanah dan penutup semua amalmu, semoga Allah menambahimu ketaqwaan, mengampuni dosa-dosamu, memudahkan bagimu seluruh kebaikan di manapun kamu berada.” HR At Tirmidzi dan Abu Daud
jika sudah keluar rumah membaca doa:
«
اللهمّ إني أعوذُ بك أن أضِل أو أُضل، أو أزِل أو أُزل، أو أظلم أو أُظلم،
أو أَجهل أو يُجهل عليّ، بسم الله توكلت على الله ولا حول ولا قوة إلّا
بالله العليّ العظيم» رواه الأربعة
“ Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat dan disesatkan, terpeleset atau dipelesetkan, tidak tahu atau dibodohi. Dengan nama Allah aku berserah diri kepada Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Agung.” HR empat imam hadits
ketika naik kendaraan berdoa dengan doa safar:
«الحمد
لله، سُبحان الذي سَخَّر لنا هذا وما كنا له مُقرنين، وإنّا إلى ربنا
لمنقلبون… اللهمّ إنّا نسألك في سفرنا هذا البر والتقوى، ومن العمل ما
ترضى، اللهمّ هَوّن علينا سَفرنا هذا، واطوِ عَنَّا بُعدَه، اللهمّ أنت
الصاحب في السَّفر، والخليفة في المال والأهل والولد، اللهمّ إنا نعوذ بك
من وَعْثاء السفر وكآبة المنظر وسُوء المنقلب»، رواه مسلم
“Segala puji bagi Allah yang telah menundukkan ini kepadaku dan sebelumnya kami tidak menyertainya, dan sesungguhnya hanya kepada Tuhan kami kita semua akan dikembalikan… Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada-Mu dalam perjalanan ini kebaikan dan ketaqwaan, dan amal perbuatan yang Engkau ridhai. Ya Allah mudahkan atas kami perjalananku ini dan pendekkan untuk kami jarak jauhnya. Ya Allah Engkaulah pendamping dalam perjalanan, dan Pemimpin bagi harta, istri dan anak. Ya Allah sesungguhnya kami berlindung kepadamu dari keletihan perjalanan, keburukan pemandangan, dan buruknya kepulangan.” HR Muslim
Disunnahkan baginya bersikap lunak, berakhlaq mulia, menjauhi perdebatan dan desak-desakan. Menjaga mulut dari segala kekejian. Memperbanyak dzikir, istighfar, tasbih, dan takbir. Menjaga shalat pada waktunya, membawa kompas untuk mengetahui arah kiblat di manapun berada.
B. Dari Miqat Sampai Memasuki Makkah
Ketika sampai di miqat memulai ihram dengan mandi jika memungkinkan-hukumnya sunnah termasuk kepada wanita haidh dan nifas- kemudian mengenakan kain ihram, shalat ihram dua rakaat-pertama membaca surah Al Kafirun dan rakaat kedua membaca surah Al Ikhlas- kemudian berdoa:
«اللهمّ إني نويت الحج (مُفرداً أو قارِناً أو متمتِّعاً) فيسِّره لي وتقبله مني»،
“ Ya Allah sesungguhnya aku berniat haji (ifrad-qiran-tamattu’) maka mudahkan bagimu dan terimalah dariku”.
Kemudian bertalbiyah dengan kalimat talbiyah yang ma’tsur dari Rasulullah saw. Kemudian menuju ke Mekah, dengan senantiasa menjauhi segala larangan ihram.
Jika perjalanannya menggunakan pesawat udara dan langsung ke Jeddah maka ia harus ihram dari rumahnya, atau dari bandara atau di dalam pesawat. Sebab jika sudah sampai di bandara Jeddah belum ihram, maka ia telah melewati miqat sehingga wajib membayar dam.
Ketika sampai di Mekah, disunnahkan baginya untuk mandi sebelum memasukinya jika memungkinkan, dan segera ke Masjidil Haram, setelah meletakkan perlengkapannya di tempat yang aman, masuk dari Babussalam- pintu Bani Syaibah dengan berdoa:
«أعوذ بالله العظيم، وبوجهه
الكريم، وسُلطانه القديم من الشيطان الرجيم، بسم الله اللهمّ صلِّ على
محمّد وآله وسلم، اللهمّ اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب رحمتك
Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dan dengan Wajah-Nya Yang Mulia, Kekuasaan-Nya yang terdahulu; dari syetan yang terkutuk. Dengan nama Allah, Ya Allah berikanlah shalawat atas Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah ampunilah dosaku dan bukalah pintu-pintu rahmat-Mu.”
Jika pandangan mata sudah melihat Ka’bah, dengan berdoa:
«اللهمّ
زد هذا البيت تَشريفاً وتعظيماً وتكريماً ومهابة، وزد من شرَّفه وكرَّمه
ممَّن حجهُ أو اعتمره تَشريفاً وتكريماً وتعظيماً وبراً…». «اللهمّ أنت
السلام ومنك السلام فَحيِّنا ربنا بالسَّلام»
Ya Allah tambahkan kepada rumah ini kemuliaan, keagungan, kemuliaan, dan kewibawaan. Tambahkan kepada siapapun yang menghormati dan memuliakannya-setiap orang yang haji atau umarah- dengan kemuliaan, kehormatan, keagungan dan kebaikan…” Ya Allah, Engkau Yang Maha Selamat, dari-Mu keselamatan maka hidupkan kamu dengan selamat”.
Kemudian menuju ke hajar aswad, menciumnya jika mampu, dan jika tidak mampu dilakukan dengan isyarat pakai tangan kemudian segera memulai thawaf, tanpa shalat tahiyyat masjid, karena tahiyyat Masjidil Haram adalah thawaf. Jika sudah selesai thawaf shalat dua rakaat, kemudian minum air zamzam dengan harapan kesembuhan dan melepas dahaga dengannya.
Jika hajinya ifrad atau qiran maka thawaf itu adalah thawaf qudum, tanpa sa’i. akan tetapi jika ia sa’i maka sa’inya dianggap sa’i haji. Sehingga ia tidak wajib mengulanginya setelah thawaf ifadhah. Jika hajinya tamattu’ maka thawaf itu adalah thawaf umrah. Setelah thawaf ia harus sa’i dari Shafa ke Marwah kemudian tahallul dengan menggunting atau mencukur rambut, maka selesailah manasik umrah. Ia tahallul dari ihram dan mengenakan baju biasa, pada saat yang haji ifrad atau qiran masih mengenakan pakaian ihram.
C. Dari Hari Tarwiyah Sampai Hari Nahr
Ketika datang hari Tarwiyah yaitu hari ke delapan bulan Dzulhijjah, maka yang haji tamattu’ harus memulai ihram haji dari tempat pemondokan masing-masing. Melakukan seperti yang dilakukan pada miqat pertamanya dahulu. Kemudian semuanya menuju ke Mina, shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan subuh di Mina, mabit di Mina untuk bersiap-siap ke Arafah.
Ketika datang hari ke sembilan Dzulhijjah yaitu hari Arafah jamaah haji keluar meninggalkan Mina menuju ke Arafah setelah matahari terbit dengan bertakbir, bertahlil, dan bertalbiyah sehingga sampai di Namirah, yang termasuk batas Arafah. Manadi jika memungkinkan kemudian masuk ke Arafah setelah zawal (matahari bergeser ke Barat, Zhuhur) yaitu awal wukuf. Dan terus wukuf di Arafah dengan berdoa, bertakbir, talbiyah, tilawah Al Qur’an, shalat Zhuhur dan Ashar dengan satu adzan dan dua qamat, mendengarkan khutbah imam, sehingga matahari terbenam, kemudian berangkat ke Muzdalifah dengan tenang disertai talbiyah dan dzikir, shalat Maghrib dan Isya’ dengan qashr dengan satu adzan dan dua qamat tanpa ada shalat sunnah di antara keduanya. Lalu mabit di Muzdalifah shalat subuh di sana, kemudian menuju ke Masy’aril Haram wukuf di sana, berdoa sehingga datang pagi sebelum matahari terbit bergerak ke Mina dengan disertai talbiyah dan takbir.
D. Dari Hari Nahr Sampai Akhir Manasik
Hari nahr adalah hari ke sepuluh bulan Dzulhijjah, sunnahnya pada hari itu adalah melakukan kegiatan ini secara berurutan, yaitu: melontar jumrah, menyembelih hewan, mencukur rambut, thawaf di Ka’bah. Jika mendahulukan atau mengakhirkan sebagian kegiatan ini tidak apa-apa. Maka jika melontar, menyembelih hewan dan mencukur rambut, ia telah tahallul dari ihramnya dan telah halal baginya segala sesuatu kecuali hubungan suami istri. Inilah tahallul pertama. Jika sudah thawaf ifadhah maka halal baginya segala sesuatu termasuk hubungan suami istri. Inilah tahallul kedua. Hal ini jika telah sa’i setelah thawaf qudum, dan jika belum sa’i maka ia wajib sa’i setelah thawaf ifadhahnya. Dan tahallul kedua tidak boleh dilakukan sebelum menyelesaikan hal ini.
Kemudian mabit di Mina pada malam-malam hari tasyriq, setiap hari melontar ketiga jumrah. Jika ingin bersegera dalam dua hari tasyriq –11 dan 12 Dzulhijjah- setelah melontar jumrah segera berangkat ke Mekah, dan jika menunda sampai hari ke tiga belas Dzulhijjah setelah melontar jumrah berangkat ke Mekah. Dengan demikian manasik haji telah usai ditunaikan. Jika haji ifrad disunnahkan baginya melekukkan umrah, dengan berangkat ke tan’im, berihram untuk umrah, thawaf dan sa’i, mencukur atau menggunting rambut, kemudian disunnahkan untuk segera kembali ke negerinya masing-masing. Dan ketika sudah berniat meninggalkan Mekah, disunnahkan melakukan thawaf wada’ tanpa sa’i, shalat dua rakaat, kemudian berdoa sesuka hatinya. Disunnahkan pula mengunjungi masjid Nabawi di Madinah, jika belum mengunjunginya.
– Bersambung
(hdn)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/11/16007/fiqih-haji-bagian-ke-8-manasik-dalam-rangkaian-waktu/#ixzz1d1hfHPz8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar